5 Faktor pendukung terjadinya tragedi G30s PKI dan 7 Pahlawan Revolusi

 



Indonesia telah mengalami tragedi paling kelam di dalam sejarahnya. Yap, tragedi yang kita kenal dengan tragedi Gerakan 30 Septemper PKI atau “G30s PKI”.

Pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) yang terjadi pada tanggal 30 September 1965 telah menjadi tragedi pahit yang tak bisa terlepas dari sejarah negara Indonesia.

Tragedi ini telah menewaskan 6 jenderal dan 1 ajudan perwira TNI. Saking berbekasnya tragedi ini, setiap tanggal 30 September akan di tayangkan film tentang G30s PKI di salah satu stasiun TV.

Latar belakang 

PKI berdiri pada Mei 1914 oleh Henk Sneevliet. Sebelum terjadinya tragedi ini, PKI telah melakukan pemberontakan di Madiun dengan tujuan mengganti negara Republik Indonesia menjadi negara Komunis.

D.N Aidit yang saat itu menjadi ketua dari PKI merupakan salah seorang dalang dibalik terjadinya tragedi ini.

Ingin mengubah negara indonesia menjadi negara Komunis

Setelah berakhirnya perang dunia II, negara-negara yang dijajah satu persatu mulai memerdekakan dirinya, entah itu karena diberikan kemerdekaan, atau karena merebutnya.

Pada masa perang dingin, negara besar seperti US dan Uni Soviet mulai memperluas pengaruh ideologi negara masing-masing. US dengan ideologi Kapitalis dan Uni Soviet dengan Ideologi Komunismenya.

PKI yang saat itu menjadi salah satu partai politik di Indonesia telah di untungkan setelah adanya ajaran NASAKOM dari presiden soekarno. Selain itu PKI juga menjadi partai Komunis terbesar di dunia. Di tambah isu bahwa dalang di balik pembubaran parlemen adalah perbuatan PKI. Sedangkan presiden Soekarno malah menetapkan bahwa konstitusi harus berada di bawah naungan dekrit presiden.

Dengan semua itu telah jelas bahwa tujuan utama PKI adalah untuk mengubah negara Republik Indonesia menjadi negara Komunis.

Faktor pendukung terjadinya Gerakan ini diantaranya adalah:

1.    Konflik antara PKI dan TNI Angkatan Darat

Dalam buku ‘The Army and Politics in Indonesia’ karya Harold Crouch dikatakan bahwa menjelang tahun 1965, para staff angkatan darat terpecah menjadi 2 fraksi. Kedua fraksi merupakan Anti-PKI. Namun, kedua fraksi memiliki pendapat yang berbeda terhadap apa yang akan terjadi pada Soekarno.

2.    Angkatan Darat yang menolak di bentuknya angkatan ke lima

PKI ingin mensenjatai para buruh dan petani. Dengan begitu, kekuatan Militernya akan semakin kuat. Ditambah, Pembentukan angkatan kelima ini juga digagas oleh Menteri Luar negeri China pada saat itu ketika mengunjungi Jakarta pada tahun 1965, mereka menjanjikan akan memberikan bantuan berupa persenjataan. Karena alasan tersebutlah Angkatan Darat menolak di bentuknya Angkatan kelima.

3.    Angkatan Darat menolak Nasakomisasi

Ketika parlemen dibubarkan pada Juli 1959, Soekarno mengeluarkan dekrit presiden, beliau mengeluarkan sistem demokrasi terpimpin. Beliau juga menggagas tentang penyatuan ideologi tentang Nasionalis, Agamis dan Komunis yang akhirnya dikenal dengan istilah NASAKOM.

Faktor ini menjadi pengaruh yang sangat besar bagi pergerakan PKI, karena dengan adanya NASAKOM itu artinya PKI memiliki kedudukan tersendiri di dalam politik dan masyarakat.

Letjen. Ahmad yani selaku menteri paglima Angkatan Darat tidak mendukung adanya NASAKOM. Beliau berpikir bahwa NASAKOM hanyalah upaya yang dilakukan orang-orang Komunis di Indonesia dengan tujuan memuluskan tujuan Politiknya. Namun sangat sulit untuk menentang gagasan tersebut, karena menolak gagasan NASAKOM artinya menolak Pancasila.

4.    Poros Jakarta-Moscow-Peking-Pyongyang

Soekarno yang pada saat itu lebih condong ke blok Timur yang memegang ideologi Komunis, membuat Angkatan Darat berpikir bahwa poros ini hanya akan membantu China untuk memperluas ideologi komunisnya.

Alasan tersebut juga membuat PKI lebih diuntungkan dalam Politik. Karena faktor ini juga PKI mulai berani bertindak.  

5.    Konfrontasi Malaysia

Faktor lain yang mendukung terjadinya tragedi G30S PKI adalah Konfrontasi Malaysia. Terjadinya demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur membuat P.M Malaysia manginjak-injak lambang garuda dan membuat marah Soekarno.

Beliau kemudian menyerukan slogan “Ganyang Malaysia” untuk memantik amarah rakyat. Lalu memerintahkan Angkatan Darat untuk melawan Malaysia. Pada saat itu Letjen Ahmad Yani tidak ingin melakukannya, karena menganggap tentara Indonesia tidak akan bisa melawan Malaysia yang di bantu Inggris. Sedangkan A.H Nasution selaku kepala staff Angkatan Darat menyetujui konfrontasi terhadap Malaysia, karena munculnya isu PKI akan memanfaatkan Malaysia sebagai wadah untuk memperkuat posisinya di bidang politik Indonesia.

Angkatan Darat yang berada dalam posisi sulit tersebut akhirnya mau tidak mau harus melakukan Konfrontasi. Alasan yang setengah hati ini membuat tentara Indonesia kesulitan dalam memenangkan pertempuran ini.

Pada akhirnya Soekarno yang merasa tidak puas akan pencapaian Angkatan Darat, akhirnya memilih untuk condong pada PKI untuk meminta dukungan dari PKI.

Penculikan dan Pembantain para perwira TNI

Penculikan dan pembantaian para perwira TNI merupakan puncak dari tragedi G30s PKI. Para perwira diculik dan dibunuh lalu mayat mereka di masukkan ke dalam sumur yang dikenal dengan ‘lubang buaya’.

Komandan Batalyon Resimen Tjakrabiwara Letkon Untung Samsuri memerintahkan resimennya untuk menculik sejumlah petinggi Angkatan Darat dalam keadaan hidup atau mati.

Ada 6 petinggi dan 1 ajudan perwira Angkatan Darat yang menjadi korban kebrutalan PKI.

Tokoh-tokoh pahlawan Revolusi

1.    Letjen Ahmad Yani

2.    Mayjen TNI Raaden Supratno

3.    Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono

4.    Mayjen TNI Siswondo Parman

5.    Brigjen TNI Donald Isaac Pandjaitan

6.    Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo Parman

7.    Lettu CZI Pierre Andreas Tandean

Ada juga anak dari A.H Nasution yakni ade irma Suryani yang tertembak. Sedangkan A.H Nasution sendiri selamat dari tragedi tersebut.

Reactions

Post a Comment

0 Comments