Kemerdekaan
Indonesia tidak terlepas dari peran dan jasa para pahlawan yang berjuang demi
tanah kelahirannya. Para pahlawan
tersebut diabadikan dan dikenang dalam bentuk patung, nama jalan, atau gambar dalam
mata uang rupiah, bahkan kita selalu mendengar kisahnya di sekolah.
Kota Bandung
memang bukan dijuluki kota pahlawan seperti kota Surabaya. Namun bukan berarti Bandung
yang berdarah Suku Sunda, tidak memiliki pahlawan yang sangat berjasa bagi tanah
airnya.
Namun sayang,
banyak para pelajar khususnya di jawa barat yang tidak tahu banyak tentang
pahlawan yang berdarah Sunda.
Karena itu
mari lebih mengenal lebih banyak tentang para pahlawan yang berdarah sunda.
1. Abdul Halim
Saat kecil beliau
bernama asli Otong Syatori. Namun setelah menunaikan ibadah haji namanya ia
ganti menjadi Abdul Halim.
Ia lahir pada 26 Juni
1887 di Kecamatan Jatiwangi, Majalengka
dan meninggal pada tahun 1962 di Majalengka.
Ia merupakan seorang
ulama besar dan tokoh Pendidikan di Indonesia. Ia sangat menentang berdirinya
negara Pasundan oleh Belanda pada tahun 1948. Saat agresi belanda di tahun
1947, ia mengajukan beberapa tuntutan mengenai kepentingan umat islam kepada Dr.
GF. Pijper.
2. RD. Oto Iskandar Dinata
Beliau lahir di Bandung,
Jawa Barat pada 31 Maret dan wafat pada 20 Desember 1945 di Tanggerang, Banten.
Ia dikenal karena
nyalinya untuk memperjuangkan hak pribumi. Pemerintah Belanda bahkan memasukkan
oto dalam daftar hitam karena membongkar kasus bendungan kemuning yang bisa
menyelamatkan rakyat pribumi dari pengusaha Belanda.
3. Mohammad Toha
Beliau lahir di bandung,
Jawa Barat pada tahun 1927 dan wafat pada 11 Juli 1946.
Ia dikenal karena
jasanya pada saat peristiwa Bandung Lautan Api. Beliau diberi misi untuk
menghancurkan dan meledakan gudang Amunisi milik tentara sekutu bersama Mohammad
Ramdan. Namun ia dan Ramdan juga meninggal setelah meledakan dinamit di gudang
tersebut.
4. Raden Dewi Sartika
Beliau lahir pada
tanggal 4 Desember 1884 di Bandung, Jawa Barat dan wafat pada tanggal 11
September 1947 di Tasikmalaya, Jawa Barat. Pada usia ke 62 tahun.
Perempuan yang saat itu
hanya bertugas di dapur dan tidak mendapat hak pendidikan, membuat Dewi Sartika
merasa harus bergerak demi memperjuangkan Emansipasi Wanita di Indonesia. Ia membangun
sekolah isteri di pendopo dan sekolah-sekolah lain di Jawa Barat. Ia juga
mengajarkan para wanita membaca dan menulis.
5. Djuanda Kartawidjaya
Beliau lahir di Tasikmalaya,
Jawa Barat pada 14 Januari 1911 dan wafat di Jakarta pada tanggal 7 November
1963 di umurnya yang ke-52 tahun dikarenakan serangan jantung.
Pada tahun 1957 ia
mendeklarasikan bahwa laut Indonesia merupakan laut sekitar, di dalam dan
di antara kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI. Peristiwa ini
dikenal dengan “Deklarasi Juanda”.
6. Iwa KusumaSumantri
Beliau lahir pada
tanggal 31 Mei 1899 di Ciamis, Jawa Barat dan wafat di Jakarta pada 27 November
1971 di usianya yang ke-72 tahun.
Ia adalah seorang tokoh
politisi nasional, pengacara dan pejuang hak-hak buruh. Ia pernah menjabat
sebagai menteri di era kepemimpinan Soekarno. Saat pindah ke Medan, ia
mendirikan surat kabar “Matahari Terbit”,
koran yang mengaspirasi hak-hak pekerja
dan mengkritik perkebunan yang besar milik pengusaha Belanda.
7. KH. Raden Abdullah Bin Nuh
Beliau lahir di Cianjur,
Jawa Barat pada tanggal 30 Juni 1905 dan wafat di Bogor, Jawa Barat pada
tanggal 26 Oktober 1987 di usianya yang ke-82 tahun.
Abdullah kecil
diberi
pendidikan agama islam yang ketat oleh ayahnya. berbekal ilmu yang ia pelajari dari
ayahnya dan belajar di Universitas Al-azhar. Ia mulai mengajar di berbagai
sekolah di Hindia Belanda (Indonesia pada masa kolonial). Beliau mendirikan
pesantren Al-ghozali di bogor.
8. Sjafruddin Prawiranegara
Beliau lahir pada
tanggal 28 februari 1911 di serang, Banten dan wafat di Jakarta pada 15
Februari 1989 di usianya yang ke-77 tahun
Saat agresi militer
Belanda II, presiden Soekarno dan M. Hatta diasingkan oleh pihak Belanda. Hatta
yang telah menduga bahwa presiden akan diasingkan, memerintahkan Sjafruddin untuk
membentuk pemerintahan darurat RI (PDRI), dengan begitu tidak akan terjadi
kekosongan kekuasaan. Atas rencana tersebut, akhirnya pihak belanda harus
berunding dengan Indonesia. Dan akhirnya mengakhiri agresi Belanda.
9. Gatot Mangkoepradja
Beliau lahir pada tanggal
25 Desember 1898 di Sumedang, Jawa Barat dan wafat di Bandung pada tanggal 4
Oktober 1968 di usianya yang ke-69 tahun.
Gatot adalah orang yang berjasa
dalam pembentukan Pasukan Pembela Tanah
Air (PETA). Ia mengirimkan surat yang berisi permintaan pembentukan pembela
pribumi untuk melawan sekutu yang menyerang tanah air, kepada pemimpin tertinggi
pemerintahan Dai Nippon, Gunseikan. Permintaan tersebut akhirnya disetujui dan
kemudian terbentuklah organisasi PETA yang menjadi cikal bakal terbentuknnya
TNI.
Dikutip dari
wikipedia, pahlawan Nasional merupakan penghargaan tertinggi. Gelar ini diberikan
oleh pemerintah atas tindakannya yang dianggap heroik dan dapat dikenang dan
diteladani sepanjang masa bagi warga dan masyarakat.
Karena itu,
mengormati pahlawan adalah bentuk cinta kita terhadap tanah air. Sudah sepatutnya
kita sebagai warga negara indonesia, untuk menghormati dan mengenal para
pahlawan. Tanpa mereka, Indonesia tidak akan terlahir.
0 Comments
Berkomentarlah dengan sopan santun